Kriiiiiinnngg...!!! bel pulang pun
berbunyi, Amanda segera bergegas untuk merapihkan buku dan alat tulis yang
masih berantakan di mejanya. Salah satu temannya yang bernama Raka yang memang
terkenal jahil dikelasnya memiliki ide untuk menjahili Amanda yang sedang
kerepotan, Raka mengambil tempat pesil milik Amanda.
“Padahal udah SMA tapi tempat pensilnya kok boneka gini? Hahaha.”
Ejek Raka.
“Eh! Gak sopan banget sih ngambil barang orang, balikin gak!”
balas Amanda.
“Ambil aja kalo bisa.”
Raka segera berlari ke koridor kelas dan Amanda langsung
mengejarnya, “Rakaaaa....sini balikin!!” ketika sedang berlari tiba-tiba guru
BP menegur mereka, “Berhenti!” tegur guru BP.
Duh celaka, ada guru BP lagi. Harus
bilang apa nih....
“Kalian ini kayak anak kecil aja, kalian tahu kan tidak boleh lari-larian di
area kelas?”
“Iya bu, saya tahu.”
“Kalau begitu sebagai hukumannya, kalian harus membantu ibu
untuk memindahkan barang-barang ini ke gedung lama.”
Tanpa disadari, Raka sudah tidak ada ditempat.
“Loh anak laki-laki tadi kemana?” tanya guru BP.
Huhh, sial dia kabur lagi. Awas aja
ya!
ketika sampai di gedung sekolah
lama, tiba-tiba guru BP melihat sekelompok siswa yang ketahuan merokok didekat
WC laki-laki, guru BP itu langsung mengejar siswa-siswa itu dan meninggalkan
Amanda sendirian didepan gedung sekolah lama. Amanda yang sudah 2 tahun
disekolah tersebut, baru kali ini ia memasuki gedung sekolah lama yang terkenal
angker disana. Amanda melihat dua ekor burung gagak di atap gedung tersebut.
Kenapa firasatku menjadi tidak
enak seperti ini?
Ayo Manda tidak apa-apa itu hanya
firasatmu saja.
Lalu Amanda langsung masuk gedung tersebut, dengan perasaan
campur aduk ia mulai menaiki anak tangga untuk menaruh barang-barang tersebut
ke ruang musik yang berada dilantai dua. Saat setengah jalan ia menaiki anak
tangga tersebut, ia mendengar seseorang sedang memainkan piano yang begitu
merdu dan dengan tempo yang cepat, sepertinya suara tersebut berasal dari ruang
musik itu. Semakin lama nada tempo tersbut semakin lambat. Ketika Amanda sudah
masuk ruang musik Amanda melihat bahwa tidak ada seorangpun berada diruangan
itu dan piano tersebut juga sudah tidak berfungsi lagi. Sontak Amanda kaget dan
ia langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut dan barang yang ia bawa, ia
tinggalkan diluar ruangan musik begitu saja.
Kejadian
tersebut ia ceritakan kepada teman-temannya yang sudah menunggu Amanda untuk
pulang bareng dihalaman sekolah. Ketika mendengarkan kejadian tersebut Adit
teman Amanda terkejut mendengarnya karna menurut cerita-cerita disekolah itu,
dulu salah satu siswi alumni yang berwajah putih berdarah keturunan Jepang bernama Zuko sempat meninggal digedung
tersebut dan sampai sekarang arwahnya masih bergentayangan disana. Menurut kepercayaan
orang jepang angka 4 adalah angka keramat yang bisa disebut sebagai angka
kematian. Maka siapa saja yang mendengarkan permainan piano arwah Zuko sampai
keempat kalinya maka ia akan mati.
Pada malam
hari Amanda sedang mencuci piring tiba-tiba telpon berdering kriiinngg...kriinng...kriiing... Amanda
lalu mengangkat telpon tersebut tetapi tidak ada orang yang menjawab, sampai
ketiga kalinya telpon tersebut berdering.“Hallo! Ini siapa sih? Jtolong jangan
main-main ya.” Dan Amanda mendengar permainan piano tersebut, dengan ketakutan
ia langsung memutuskan kabel penghubung tersebut dan ia berlari ke kamarnya. Saat
dikamar radio miliknya tiba-tiba hidup dan meneruskan permainan piano tersebut
lalu dibantingnya radio itu oleh Amanda, tidak hanya radio kotak musik Amanda
juga ikut meneruskan permainan piano itu, karena kotak musik itu berada diatas
lemari dan Amanda tidak bisa menjangkaunya apa daya Amanda mendengarkan
permaina piano arwah Zuko tersebut hingga selesai.
Amanda tidak
bisa tidur semalaman karena ketakutan dengan hantu tersebut, keesokan harinya
dikamar Amanda mendengar ada yang membuka pintu kamarnya dan setelah terbuka krekk! “Aaaahhhh!!!” Amanda berteriak
dan ternyata yang membuka pintu adalah ayahnya.
“Amanda, kamu sedang apa kok ayah buka pintu saja kamu
sampai teriak kayak gitu?” Tanya ayah.
“T-tidak apa-apa yah.” Jawab Amanda yang masih menutupi
dirinya dengan selimut.
“Oh, ayah Cuma mau bilang kalo ada telpon dari Adit. Eh,
Adit itu pacar kamu ya? Hehehe”
“Iiiiihhhh.....bukan ayaaahhh.”
Saat Amanda mengangkat telponnya.
“Halo kenapa, Dit?”
“Manda, gue tahu gimana caranya biar bisa musnahin arwah
Zuko itu.”
“Gimana?”
“Nanti aja gue ceritain, kita ketemuan aja sekarang di deket
gang sekolah kalo ngomong ditelpon nanti lo kurang jelas.”
Dan ternyata yang menelpon itu bukan Adit tetapi hantu arwah
Zuko yang menyerupai suaranya seperti Adit. Setelah sampai di gang sekolah
rupanya Amanda melihat piano tersebut sedang memainkan musiknya, Amanda ketakutan
dan segera berlari tapi ternyata piano tersebut tetap mengejar Amanda dan untuk
ketiga kalinya Amanda mendengarkan permainan piano arwah Zuko itu sampai habis.
Lalu Amanda langsung kerumah Raka.
“Loh Manda, lo kenapa kok nangis gitu? Atau jangan-jangan??”
Amanda, Raka, dan Adit segera ke gedung sekolah lama untuk
memusnahkan piano tersebut malam itu juga. Ketika sampai diruang musik mereka
mendengarkan suara piano itu.
“Permainan piano nya sudah dimulai.” Ujar Amanda.
“Ayo kita hancurkan piano itu, gue gak rela suara gue ditiru
sama hantu sialan itu!” Geram Adit.
Dan Adit mencoba untuk menghancurkan piano itu, tetapi
seperti ada penghalang Adit pun terlempar dari piano itu, “Bagaimana ini, piano
itu tidak bisa dihancurkan? Aku tidak mau mati sekarang.”
“Gue gak rela kalo lo sampe mati cuma gara-gara permainan
piano bodoh itu!” Sahut Raka.
Dan ternyata yang menjadi penghalang itu bukan pianonya
tetapi lukisan pianis ternama disebelah paino tersebutlah yang menjadi
penghalang. Salah satu cara untuk menidurkan arwahnya adalah dengan mengambil
metronom dikotak yang ada diruangan itu. Tinggal satu bait lagi lagu itu akan
habis, tetapi tekad Raka kuat ia langsung mengambil metronom tersebut untuk
menidurkan arwah pianis itu dan akhirnya berhasil Amanda pun selamat dari
kematian. Jika tidak cepat tinggal satu not lagi maka Amanda tidak akan
selamat.
Created by Popy Tasya Rahayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar