Translate

Senin, 03 Februari 2014

Menua di Masa Remaja

                Namaku Rasya, aku sudah pacaran selama 18 bulan dengan teman SMP ku yang bernama Putra, ketika kami lulus kami membuat sebuah komitmen untuk tetap bersama meskipun beda sekolah dan beda kota. Entah apa yang aku pikirkan saat itu tentang sebuah komitmen, dan aku pun tidak tahu apa itu komitmen. Saat pengambilan SKHUN dan Ijazah Putra mengajakku untuk segera ke balkon sekolah, tampaknya ia ingin berbicara serius denganku. Saat sudah sampai di balkon, ia memandangku dengan wajah yang penuh harap agar aku bisa mengerti dan tetap mempertahankan hubungan kami, dengan mata yang berkaca-kaca ia hanya berpesan, “Jaga diri kamu baik-baik ya, aku sayang banget sama kamu. Aku harap kita bisa seperti ini terus.”. Dalam keadaan seperti itu aku tidak tahu harus berkata apa, aku hanya terdiam dan mengangguk dengan refleks aku langsung memeluknya untuk terakhir kalinya.
Sebulan setelah kelulusan Putra pindah ke luar kota, tepatnya di Bandung. Mulanya biasa saja, kami masih tetap contact-an dan masih bisa tertawa seperti tidak terjadi apa-apa, kalau kata orang-orang bilang jarak bukanlah sebuah halangan dalam menjalani sebuah hubungan. Tapi semakin kesini kami semakin dingin, saat itu aku masih mengerti kenapa ia tidak ada kabar karena disana sinyal memang tidak bersahabat, tetapi semakin hari dan sudah beberapa bulan tidak ada kabar darinya. Ketika aku coba mengecek untuk menghubunginya ternyata nomernya sudah tidak aktif, aku semakin tidak mengerti dengan semua ini? Dalam hati aku menyimpan banyak pertanyaan, “Apa yang terjadi dengannya? Apa dia baik-baik saja disana? Atau memang janji yang ia buat sudah ia lupakan?”. Saat itu aku langsung bertindak untuk mencari tahu tentangnya, entah itu dari temannya atau dari social media tetapi teman-temannya pun juga sudah lost contact dengannya. Aku tidak menyerah, aku harus dapat penjelasan kenapa seperti ini. Hingga akhirnya muncul rasa keputus-asaanku, aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini.
Aku bingung harus berbuat apalagi, aku mencoba untuk memulai kehidupan yang baru dengan hari-hari ku yang ceria. Aku mulai mengisi segala kesibukan untuk tidak memikirkan masalahku itu dengan menjawab soal pelajaran yang tidak aku mengerti sama sekali, menonton film yang sebenarnya tidak begitu aku suka, bermain dengan teman-temanku, dan aku selalu berdo’a kepada Allah agar aku diberi kekuatan dan ketabahan dalam menjalankan cobaan yang diberikan-Nya kepadaku. Karena aku percaya Allah tidak akan memberi cobaan kepada hamba-Nya diluar kemampuan kita.
Sampai-sampai aku menceritakan masalah ini kepada teman dekatku yang bernama Devi, sebenarnya aku malu menceritakan masalah ini kepadannya tapi apa daya setiap manusia pasti ingin mendapatkan nasihat dan pengarahan dalam masalahnya. Saat aku menceritakan semuanya, ia sontak meberi nasihat kepadaku tanpa memandang siapa yang ia nasihati, “Ya ampun bro! Lo mesti sadar, lo gak boleh ketergantungan  ama kriwil. Lo kayak kecanduan narkoba tau!! Lo bisa sakau gara-gara manusia kriwil gak jelas! Jangan pikirin dia lagi! Berusaha ngelupain apa yang udah buat lo jadi kayak orang alay (ngegalauuuu mulu) + kayak orang bodoh. Lo mesti pilih jalan yang bener, ngegalauin dia tuh jalan yang salah banget! Dia tuh Cuma pacar LDR lo, gak lebih kan! Apa yang lo rasain, dia gak tau dan gak mau tau.. lo kayak air susu yang dibalas air tuba!” ujar Devi. Ia memanggil Putra dengan sebutan kriwil karena terlihat dari rambutnya yang kriting.
Sejak kejadian itu aku mulai sadar, tidak sepantasnya aku mengharapkan orang yang tidak jelas keberadaannya. Toh kalo emang jodoh pasti bakal balik lagi, maka dari itu aku sudah tidak pernah mencari tahu tentang keberadaannya. Beberapa bulan kemudian ada salah satu dari teman sekolahnya, mengirimkan sebuah foto yang disalah satu fotonya ada gambar Putra. Entah kenapa perilaku itu datang kembali, rasa penasaranku semakin memuncak dan akhirnya aku mencari tahu dengan mengotak-atik di pencarian facebook. Tanpa ku sangka semua keraguan ini terjawab ya, ternyata Putra membuat akun baru yang pertemanannya memang tidak ada satu pun nama dari teman SMP nya, dan yang memang bikin aku benar-benar harus melupakan dan meninggalkannya adalah dia sudah memiliki wanita lain selain ibu nya.
Setelah melihat kejadian itu, bukan rasa sakit hati yang aku rasa sebaliknya aku hanya biasa saja melihat itu. Mungkin karena rasa ini memang benar-benar sudah tidak ada lagi tempat buat dia. Selama ini aku juga bodoh, hanya mengharap laki-laki yang tidak jelas dan hanya membuang-buang waktu saja menunggunya, semua nasihat orang lain aku hiraukan begitu saja. Mungkin memang aku harus bisa merasakannya terlebih dahulu agar aku bisa memilih mana yang pantas aku tinggalkan dan mana yang tidak.

Kalau memang laki-laki itu baik buatku, dia tidak sepantasnya menelantarkanku begitu saja menghabiskan masa remajaku hanya untuk laki-laki yang belum tentu ia jadi imamku kelak dan aku menua dalam penantian. Aku pun segera bergerak cepat, menyusun kembali puzzle kehidupan yang belum aku ketahui akan berakhir seperti apa dan mencoba mencari laki-laki yang terbaik diantara yang baik. Aku belajar dari masa lalu, bukan hidup dimasa lalu.

Created by Popy Tasya Rahayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar